Hakikat
Manusia
Hakikat manusia dalam kehidupan.
Manusia adalah makhluk social yang tidak bisa hidup
sendirian. Dalam hidupnya, manusia memiliki hakekat yang dijadikan sebagai
dasar dalam hidup. Hakikat manusia terbagi menjadi 4 bagian, yaitu
a. Mahluk
ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh
adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak
abadi. Jika manusia meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa terdapat
didalam tubuh, tidak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi. Jika manusia
meninggal, jiwa lepas dari tubuh dan kembali ke asalnya yaitu Tuhan, dan jiwa
tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia
sebagai penggerak dan sumber kehidupan. Tubuh dan jiwa merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan karena jika salah satu dari mereka tidak ada maka
manusia tidak akan bisa hidup. Tubuh manusia tidak akan bisa hidup tanpa jiwa, karena
tubuh tersebut tidak akan bisa bergerak tanpa jiwa, dan jiwa manusia tidak akan
bisa hidup tanpa tubuh, karena jiwa manusia memerlukan tubuh sebagai tempat
hidup.
b. Mahluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan mahluk lainnya.
Manusia
merupakan mahluk ciptaan manusia yang paling sempurna dibandingkan dengan
mahluk hidup lainnya, karena manusia dilengkapi dengan akal dan perasaan. Dengan
akal, manusia dapat menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
perasaan, manusia dapat menciptakan kesenian. Perasaan dalam diri manusia
terbagi menjadi 2 macam, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan
inderawi adalah rangsangan jasmani melalui pancaindra. Perasaan rohani adalah
perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia misalnya:
1) Perasaan
Intelektual, yaitu perasaan yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Seseorang
merasa senang bila ia bisa menjawab soal yang rumit, sebaliknya seseorang
merasa tidak puas bila ia tidak berhasil menjawab soal yang rumit.
2) Perasaan
Estetis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan keindahan. Seseorang merasa
senang apabila ia melihat sesuatu yang indah, sebaliknya seseorang merasa kesal
apabila ia melihat sesuatu yang tidak indah.
3) Perasaan
Etis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kebaikan. Seseorang merasa senang
apabila sesuatu itu baik, sebaliknya seseorang merasa kesal bila sesuatu itu
jahat.
4) Perasaan
Diri, yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan dari
yang lain. Apabila seseorang memiliki kelebihan pada dirinya, ia merasa tinggi
dan sombong, sebaliknya apabila ada kekurangan pada dirinya ia merasa rendah
diri.
5) Perasaan
Sosial, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kelompok, atau hidup
bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain. Apabila orang berhasil, ia
ikut senang, apabila orang gagal, ia ikut sedih.
6) Perasaan
Religius, yaitu perasaan yang berkenaan dengan agama dan kepercayaan. Seseorang
merasa tentram jiwanya apabila ia tawakal kepada Tuhan, yaitu mematuhi segala
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
c. Mahluk
biokultural, yaitu mahluk hayati yang budayawi.
Manusia
adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor hayati dan
budayawi. Sebagai mahluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi
anatomi, fisiologi, psikologi, dll. Sebagai mahluk budayawi manusia dapat
dipelajari dari segi-segi kemasyarakatan, keakraban, ekonomi, dll.
d. Mahluk
ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan
martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Mahluk
ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan mempunyai kualitas dan martabat
karena kemampuan bekerja dan berkarya. Hal ini dikarenakan manusia mempunyai 3
taraf dalam hidupnya, yaitu estetis, etis, dan religious. Dengan kehidupan
estetis manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan
dan mengungkapkan kembali dalam lukisan, tarian, dan nyanyian yang indah.
Dengan etis, manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusia
dalam bentuk-bentuk keputusan bebas yang dipertanggung jawabkan. Dengan
kehidupan religious, manusia mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Semakin dekat
seseorang kepada Tuhan, semakin dekat pula ketentraman pada dirinya, dan
dijauhkan dari kekhawatiran. Sehingga manusia yang terikat dengan lingkungan
mempunyai kualitas dan martabat karena manusia yang terikat dengan lingkungan
akan melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya.