Manusia dan Keadilan Distributif
Manusia dan keadilan
saling terkait seperti hubungan manusia dengan keindahan dan penderitaan. Dalam
kehidupan manusia membutuhkan keadilan untuk bertahan hidup. Karena, jika tidak
ada keadilan maka kehidupan akan berjalan tidak sesuai dengan yang seharusnya. Banyak
orang yang akan melakukan hal curang untuk mendapatkan hal yang ia inginkan dan
banyak orang yang akan dirugikan oleh ketidakadilan tersebut.
Definisi dari kata
‘adil’ mempunyai banyak versi karena banyak tokoh yang telah mendefinisikan
arti dari kata ‘adil’. Teori keadilan yang cukup dikenal dan sering dibahas
adalah teori keadilan distributif oleh Aristoteles. Aristoteles mengungkapkan
toerinya mengenai keadilan yang cukup dikenal banyak orang yaitu keadilan distributif
yang berbunyi “Perlakuan kepada seseorang yang sesuai dengan jasa-jasa yang telah
dilakukan”. Maksud dari bunyi ini adalah segala sesuatu yang diterima oleh
manusia harus sesuai dengan jasa yang telah ia kerjakan.
Contohnya, seorang pria
yang telah bekerja selama 10 tahun dan mempunyai pengalaman yang tinggi di
bidang pekerjaannya lebih di layak diangkat jabatannya sebagai kepala tim
dibandingkan seorang pria yang baru bekerja selama 2 tahun di bidang
pekerjaannya dan belum mempunyai pengalaman yang tinggi tapi merupakan anak
dari sang pemilik usaha. Mengapa? Karena seharusnya seorang yang baru bekerja
selama 2 tahun dan belum mempunyai pengalaman yang tinggi harus belajar lebih
dalam lagi mengenai bidang pekerjaannya meskipun dia adalah anak seorang
pimpinan tersebut. Karena jika jabatan orang tersebut di angkat ia akan menjadi
kepala tim dan memimpin sebuah tim. Sebagai seorang pimpinan tim, kita tidak
hanya harus menguasai bidang pekerjaan tim tersebut. Tetapi kita juga membutuhkan
pengalaman yang akan membuat anggota tim
dapat mempercayainya sebagai kepala tim, karena pengalaman adalah bukti dari
hasil pekerjaannya. Ia mungkin tidak akan dihormati oleh anggota timnya bila ia
hanya bekerja selama 2 tahun dan langsung lompat ke posisi kepala tim dan ia
tidak mempunyai pengalaman yang bagus dan anggota timnya pun mungkin hanya akan
memandangnya sebagai ‘anak pimpinan’ bukan sebagai kepala tim. Sehingga, seorang
pria yang telah bekerja selama 10 tahun dan mempunyai pengalaman yang tinggi
lebih layak diangkat jabatannya karena hal yang ia dapatkan sesuai dengan hal
yang telah dikerjakan selama bekerja disana.