Senin, 20 April 2015

Manusia dan Pemujaan


Manusia dan Pemujaan

Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan kerap melakukan pemujaan. Pemujaan yang dilakukan manusia ini disimbolkan sebagai rasa syukur kepada pencipta-Nya. Pemujaan yang dilakukan manusia diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Komunikasi ritual ini dilakukan sebagai cara manusia berkomunikasi kepada sang pencipta saat dalam keadaan susah untuk miminta pertolongan ataupun jalan untuk menyelesaikan masalah dan juga dalam keadaan baik sebagai rasa syukur kepada sang pencipta atas rahmat yang telah diberikan.

Pemujaan yang dilakukan manusia berbeda-beda tergantung pada kepercayaan yang dia percayai. Di Indonesia sendiri ada berbagai macam kepercayaan yang di anut seperti, Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Setiap kepercayaan mempunyai cara pemujaan yang berbeda. Sebagai contoh, seorang Muslim melakukan komunikasi rutal dengan sholat 5 waktu, membaca Al-Qur’an, berpuasa dll. Seorang Kristiani melakukan komunikasi ritual dengan cara pergi ke Gereja, seseorang yang beragama Hindu melakukan komunikasi ritual dengan cara pergi ke Pura, seseorang yang beragama Budha melakukan komunikasi ritual dengan cara pergi ke Vihara, seseorang yang beragama Kong Hu Cu melakukan komunikasi ritual dengan cara pergi ke Klenteng.

Manusia dan pemujaan mempunyai keterikatan satu sama lain. Karena manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan, dan pemujaan adalah bentuk dari komunikasi ritual manusia terhadap Tuhan sebagai rasa syukur atas rahmat yang telah diberikan. Manusia akan selalu melakukan pemujaan sebagai wujud rasa syukurnya. 

Senin, 13 April 2015

Arti Cinta Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono


Arti Cinta

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Cinta bersifat timbal balik. Dalam cinta ada kesungguhan untuk membangung hubungan cinta yang ideal. Cinta yang ideal akan mewujudkan kehidupan yang terbaik. Pengertian cinta juga dikemukakan oleh Dr. Sarlito w. Sarwono dalam majalah Sarinah dengan artikel yang berjudul Cinta Segitiga. Menurutnya cinta ideal memiliki 3 unsur, yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Berikut 3 arti cinta menurut Dr. Sarlito W. Sarwono :

1.      Keterikatan, adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia, kalau janji dengan dia harus ditepati, atau ada uang sedikit beli oleh-oleh hanya untuk dia.
2.      Keintiman, adalah adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara anda dan dia sudah tidak ada jarak lagi sehingga panggilan-panggilan formal seperti Bapak, Ibu, Saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan, seperti sayang. Makan-minum dari satu piring-cangkir tanpa rasa risi, pinjam-meminjam baju, saling memakai uang tanpa rasa berutang, tidak saling menyimpan rahasia, dan lain-lainnya.
3.      Kemesraan, adalah adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang, saling mencium, merangkul, dan sebagainya.

Selanjutnya Dr. Sarlito W. Sarwono juga mengemukakan bahwa tidak semua unsur cinta itu sama kuat. Kadang-kadang, ada yang keterkaitannya sama kuat tetapi keintiman atau kemesraannya kurang. Cinta seperti itu mengandung kesetiaan yang amat kuat, dan kecemburuannya besar, serta dirasakan oleh pasangannya dingin atau hambar karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan dari kemesraan atau keintiman. Cinta sahabat karib atau saudara sekandung. Cinta seperti ini penuh keakraban, tetapi di dalamnya tidak ada gejolak-gejolak mesra, karena orang-orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada hal-hal lain daripada partnernya. Ada juga cinta yang diwarnai dengan kemesraan yang sangat menggejolak, tetapi unsur keintiman dan keterikatannya kurang. Cinta seperti ini dinamakan cinta yang pincang. Apabila digambarkan garis-garis unsur cintanya tidak membentuk segitiga sama sisi.



Daftar Pustaka
Widyosiswoyo, Supartono. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia

Senin, 06 April 2015

Tugas 4 IBD ---> IBD yang dihubungkan dengan prosa


Kisah Cinta Datu Museng & Maipa Daepati

              
 

Cerita rakyat kisah cinta Datu Museng & Maipa Daepati berasal dari tanah Galesong. Tanah galesong merupakan pusat angkatan laut kerajaan gowa. Cerita ini bercerita tentang seorang gadis bangsawan dari Sumbawa yang mencintai seorang putra bangsawan di Kerajaan Gowa, kedua orang tuamya dibunuh oleh pasukan Belanda sehingga ia dirawat oleh kakeknya di tempat kelahiran kakeknya di Sumbawa. Datu Museng dan Maipa Daepati tumbuh besar bersama hingga akhirnya jatuh cinta. Kedua orang tua Maipa Daepati tidak merestui hubungan mereka karena Maipa Daepati sudah dijodohkan dengan seorang bangsawan di Sumbawa dan merasa Datu Museng tidak layak bersama dengan Maipa Daepati. Kakek Datu Museng pun menyuruh Datu Museng untuk menuntut ilmu di Madinah dan kembali saat ia sudah layak untuk bersama Maipa Daepati.

Selama Datu Museng pergi Maipa Daepati terus mengurung diri di kamar dan tidak mau keluar. Saat Datu Museng kembali kerajaan Sumbawa mengadakan pertandingan permainan raga untuk menghibur Maipa Daepati dan membuat Maipa Daepati keluar kamar. Tapi tidak ada yang berhasil membuat Maipa Daepati keluar dari kamar. Datu Museng pun mencoba mengikuti permainan raga, pada awalnya ia banyak melakukan kesalahan namun saat kakek Datu Museng meneriaki namanya Maipa pun beranjak keluar dari kamarnya. Melihat Maipa keluar dari kamarnya membangkitkan semangat Datu Museng. Di akhir permainan Datu Museng menendang bola Raga tinggi-tinggi hingga masuk ke dalam kamar Maipa Daepati dan membuat Maipa sakit. Keluarga Maipa memanggil banyak dukun untuk mengobati penyakit Maipa tapi tidak behasil. Hingga suatu hari seorang ahli nujum menyarankan untuk mendatangkan Datu Museng, orang yang selalu disebut Maipa dalam tidurnya.

Datu Museng datang dan pengobatan pun dilakukan dan Maipa pun sembuh. Namun, untuk sembuh total Maipa harus mandi di sungai pada bulan purnama, namun hal ini sangat beresiko karena mungkin akan terjadi bencana pada saat itu. Maipa pun diberangkatkan untuk mandi di sungai. Namun saat Maipa masuk ke sungai terjadi angin topan dan membuat para dayang terbawa angin topan. Maipa diselamatkan oleh Datu Museng dan dibawa ke rumahnya di Gowa. Disana Maipa akhirnya kawin dengan Datu Museng tanpa seizin orang tuanya. Orang tua Maipa Daepati geram mendengar kabar ini dan menyuruh para pengawalnya untuk menjemput Maipa Daepati namun tidak ada yang berhasil. Hingga suatu hari orang tua Maipa Daepati akhirnya menyerah dan merestui hubungan mereka dan meminta mereka datang ke kerajaan Sumbawa. Disana Datu Museng pun diangkat sebagai panglima perang.

Suatu hari Datu Museng mendengar kabar tentang keluarganya yang berada di gowa yang banyak dibunuh oleh pasukan Belanda. Mendengar hal ini Datu Museng pun pergi ke Gowa untuk melawan pasukan Belanda. Seorang pasukan Belanda jatuh cinta pada Maipa dan ingin membunuh Datu Museng dan merebut Maipa. Datu Museng melawan semua serangan pasukan Belanda. Hingga suatu hari mereka terkepung dan Datu Museng pun menanyakan istrinya permintaan terkhirnya karena mereka telah terkepung oleh pasukan belanda. Saat itu Maipa meminta untuk dibunuh oleh Datu Museng karena ia memilih mati di tangan suaminya dibandingkan disentuh oleh orang Belanda. Datu museng pun menangis mendengarnya. Lalu saat keadaan semakin mendesak Datu Museng pun membunuh istrinya dan bilang bahwa ia akan segera menyusul istrinya. Lalu saat hari semakin sore akhirnya Datu Museng pun dibunuh oleh pasukan Belanda dan menyusul istrinya.

Cerita ini bercerita tentang cinta & kesetiaan seorang istri yang hingga akhir hayatnya lebih memilih mati di tangan suaminya dibandingkan disentuh oleh pria lain. Adapun nilai-nilai yang diperoleh oleh pembaca adalah nilai warisan budaya di Makassar yang bernama adat sirih yaitu lebih baik mati dari pada berkhianat