Senin, 13 April 2015

Arti Cinta Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono


Arti Cinta

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Cinta bersifat timbal balik. Dalam cinta ada kesungguhan untuk membangung hubungan cinta yang ideal. Cinta yang ideal akan mewujudkan kehidupan yang terbaik. Pengertian cinta juga dikemukakan oleh Dr. Sarlito w. Sarwono dalam majalah Sarinah dengan artikel yang berjudul Cinta Segitiga. Menurutnya cinta ideal memiliki 3 unsur, yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Berikut 3 arti cinta menurut Dr. Sarlito W. Sarwono :

1.      Keterikatan, adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia, kalau janji dengan dia harus ditepati, atau ada uang sedikit beli oleh-oleh hanya untuk dia.
2.      Keintiman, adalah adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara anda dan dia sudah tidak ada jarak lagi sehingga panggilan-panggilan formal seperti Bapak, Ibu, Saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan, seperti sayang. Makan-minum dari satu piring-cangkir tanpa rasa risi, pinjam-meminjam baju, saling memakai uang tanpa rasa berutang, tidak saling menyimpan rahasia, dan lain-lainnya.
3.      Kemesraan, adalah adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang, saling mencium, merangkul, dan sebagainya.

Selanjutnya Dr. Sarlito W. Sarwono juga mengemukakan bahwa tidak semua unsur cinta itu sama kuat. Kadang-kadang, ada yang keterkaitannya sama kuat tetapi keintiman atau kemesraannya kurang. Cinta seperti itu mengandung kesetiaan yang amat kuat, dan kecemburuannya besar, serta dirasakan oleh pasangannya dingin atau hambar karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan dari kemesraan atau keintiman. Cinta sahabat karib atau saudara sekandung. Cinta seperti ini penuh keakraban, tetapi di dalamnya tidak ada gejolak-gejolak mesra, karena orang-orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada hal-hal lain daripada partnernya. Ada juga cinta yang diwarnai dengan kemesraan yang sangat menggejolak, tetapi unsur keintiman dan keterikatannya kurang. Cinta seperti ini dinamakan cinta yang pincang. Apabila digambarkan garis-garis unsur cintanya tidak membentuk segitiga sama sisi.



Daftar Pustaka
Widyosiswoyo, Supartono. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar